Osteoporosis vs Osteoarthritis, Apa Bedanya?

Pelajari perbedaan antara osteoporosis dan osteoarthritis, dua penyakit tulang dan sendi yang sering disalahartikan. Temukan penyebab, gejala, cara pencegahan, dan tips menjaga kesehatan tulang sejak dini agar tetap aktif hingga usia lanjut.

written by : PARENTY - 13 Nov 2025

Viewed : 2   Read duration :

Pernah merasa nyeri sendi saat bangun tidur atau punggung terasa lebih bungkuk dari biasanya? Kondisi tersebut bisa jadi pertanda masalah pada tulang dan sendi yang umum dialami banyak orang dewasa. Dua penyakit yang sering dikaitkan adalah osteoporosis dan osteoarthritis. Walau terdengar mirip, keduanya berbeda secara mendasar.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), sekitar 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria di atas usia 50 tahun berisiko mengalami osteoporosis. Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat peningkatan kasus nyeri sendi akibat osteoarthritis, terutama di usia 45 tahun ke atas.

Agar tidak salah memahami gejala dan langkah penanganannya, mari kita bahas lebih dalam perbedaan osteoporosis dan osteoarthritis, serta bagaimana cara menjaga kesehatan tulang dan sendi sejak dini.

Apa Itu Osteoporosis?

Osteoporosis adalah penyakit degeneratif tulang yang ditandai dengan penurunan massa dan kepadatan tulang. Kondisi ini membuat tulang menjadi rapuh dan mudah patah, terutama di bagian tulang belakang, pergelangan tangan, dan pinggul.

Penyakit ini sering dijuluki sebagai “silent disease” karena tidak menimbulkan gejala berarti hingga terjadi fraktur tulang. Orang baru menyadarinya saat mengalami patah tulang ringan akibat aktivitas kecil seperti membungkuk atau mengangkat barang ringan.

Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko osteoporosis antara lain:

Kekurangan kalsium dan vitamin D dalam jangka panjang.
Menopause, karena menurunnya hormon estrogen yang berperan menjaga kepadatan tulang.
Penuaan alami yang mengurangi massa tulang secara progresif.
Kurang aktivitas fisik, terutama olahraga beban ringan seperti jalan kaki atau yoga.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang mengganggu penyerapan kalsium.
Faktor genetik dan riwayat keluarga dengan osteoporosis.
Gejala Umum Osteoporosis

Postur tubuh membungkuk atau tinggi badan berkurang.
Nyeri tulang belakang akibat fraktur kecil (compression fracture).
Risiko patah tulang meningkat, bahkan dari benturan ringan.
Untuk mendeteksi penyakit ini, dokter biasanya melakukan pemeriksaan densitometri tulang (BMD Test) guna mengukur Bone Mineral Density. Tes ini penting dilakukan terutama bagi wanita pascamenopause dan pria usia di atas 50 tahun.

Apa Itu Osteoarthritis?

Osteoarthritis adalah penyakit degeneratif sendi yang terjadi akibat kerusakan tulang rawan (cartilage) yang melapisi ujung tulang. Ketika lapisan pelindung ini menipis, tulang akan saling bergesekan, menyebabkan nyeri, kaku, dan pembengkakan pada sendi.

Kondisi ini paling sering menyerang lutut, pinggul, tangan, dan tulang belakang. Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA), osteoarthritis merupakan penyebab utama disabilitas sendi pada orang dewasa di Indonesia.

Penyebab dan Faktor Risiko Osteoarthritis

  • Penuaan yang menyebabkan penurunan elastisitas tulang rawan.
  • Obesitas, karena berat badan berlebih memberi tekanan ekstra pada sendi.
  • Riwayat cedera sendi atau aktivitas fisik berulang seperti jongkok atau naik tangga.
  • Genetika dan kelainan bentuk sendi bawaan.
  • Gaya hidup sedentari yang mengurangi sirkulasi dan fleksibilitas sendi.

Gejala Umum Osteoarthritis

  • Nyeri sendi yang memburuk setelah beraktivitas.
  • Kekakuan sendi di pagi hari atau setelah duduk lama.
  • Pembengkakan ringan dan suara ‘krek’ saat sendi digerakkan.
  • Mobilitas terbatas, terutama pada sendi lutut dan pinggul.
  • Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan X-ray atau MRI sendi, untuk melihat kerusakan tulang rawan dan bentuk tulang di sekitarnya.

Perbedaan Osteoporosis dan Osteoarthritis

Banyak orang masih mengira osteoporosis dan osteoarthritis adalah penyakit yang sama karena keduanya sama-sama menyerang sistem gerak tubuh. Padahal, keduanya berbeda dari segi lokasi, penyebab, proses penyakit, gejala, hingga penanganannya. Memahami perbedaan ini penting agar tidak salah dalam diagnosis maupun pengobatan.

1. Bagian Tubuh yang Terkena
Osteoporosis memengaruhi struktur dalam tulang. Penyakit ini menyebabkan tulang kehilangan mineral, terutama kalsium dan fosfor, sehingga menjadi keropos dan mudah patah. Bagian tubuh yang paling sering terdampak adalah tulang belakang, panggul, dan pergelangan tangan.

Sebaliknya, osteoarthritis menyerang bagian luar sendi, tepatnya tulang rawan (cartilage) yang berfungsi sebagai bantalan pelindung antar tulang. Ketika tulang rawan menipis, ujung tulang saling bergesekan, menyebabkan peradangan, nyeri, dan pembengkakan.

2. Penyebab dan Mekanisme Terjadinya
Pada osteoporosis, proses utama yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara pembentukan dan penghancuran tulang. Seiring bertambahnya usia, tubuh lebih cepat kehilangan massa tulang dibanding membentuk yang baru. Kondisi ini diperparah oleh kekurangan kalsium, vitamin D, ketidakseimbangan hormon (terutama estrogen pada wanita menopause), dan gaya hidup sedentari.

Sedangkan pada osteoarthritis, penyebab utamanya adalah kerusakan mekanis dan degeneratif akibat penggunaan sendi secara berulang dalam jangka panjang. Faktor seperti obesitas, cedera sendi, penuaan, dan kelainan bentuk sendi bawaan mempercepat penipisan tulang rawan. Gesekan antar tulang memicu radang sendi degeneratif yang menimbulkan nyeri kronis.

3. Gejala Klinis yang Dirasakan
Perbedaan paling mencolok ada pada gejala awalnya.

  • Osteoporosis sering disebut “penyakit senyap” karena tidak menimbulkan nyeri hingga terjadi patah tulang. Tanda awal biasanya terlihat dari postur tubuh yang mulai bungkuk, tinggi badan berkurang, dan muncul nyeri tulang belakang akibat fraktur kecil. 
  • Osteoarthritis justru ditandai dengan nyeri sendi yang terasa saat beraktivitas, misalnya ketika berjalan, naik tangga, atau menggenggam sesuatu. Gejala khas lainnya adalah kekakuan sendi di pagi hari, pembengkakan, serta bunyi ‘krek’ saat sendi digerakkan. Lama-kelamaan, penderita mengalami mobilitas terbatas dan sulit bergerak bebas.

4. Proses Diagnosis
Untuk memastikan osteoporosis, dokter biasanya menyarankan Bone Mineral Density (BMD Test) atau pemeriksaan densitometri tulang. Tes ini mengukur kadar mineral tulang, terutama di tulang belakang dan panggul. Nilai T-score di bawah –2,5 menjadi indikator kuat adanya osteoporosis.

Sedangkan diagnosis osteoarthritis dilakukan dengan pemeriksaan X-ray sendi atau MRI. Citra radiologis akan menunjukkan penyempitan celah sendi, penebalan tulang di tepi sendi (osteofit), dan penipisan tulang rawan. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan menilai rentang gerak sendi untuk memastikan tingkat keparahan.

5. Komplikasi yang Dapat Timbul
Osteoporosis meningkatkan risiko patah tulang spontan, terutama pada wanita pascamenopause. Patah tulang panggul atau fraktur tulang belakang bisa menyebabkan cacat permanen, nyeri kronis, hingga menurunkan kualitas hidup.

Sementara pada osteoarthritis, komplikasi utamanya adalah penurunan fungsi sendi jangka panjang. Jika tidak ditangani, penderita dapat mengalami deformitas sendi atau bahkan memerlukan operasi penggantian sendi (arthroplasty) untuk mengembalikan fungsi gerak.

6. Penanganan dan Pengobatan
Perawatan osteoporosis berfokus pada meningkatkan kepadatan tulang dan mencegah patah tulang. Terapi meliputi:

  • Konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D secara rutin.
  • Terapi hormon bagi wanita pascamenopause untuk menjaga kadar estrogen.
  • Olahraga beban ringan seperti jalan kaki, yoga, atau latihan keseimbangan.
  • Obat penguat tulang seperti bisfosfonat sesuai anjuran dokter.

Sedangkan pengobatan osteoarthritis menitikberatkan pada mengurangi nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Penanganannya antara lain:

  • Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk mengatasi peradangan.
  • Fisioterapi dan latihan gerak ringan untuk menjaga fleksibilitas sendi.
  • Penurunan berat badan bagi penderita obesitas agar tekanan pada sendi berkurang.
  • Dalam kasus berat, suntikan kortikosteroid atau operasi penggantian sendi dapat menjadi pilihan.

7. Cara Pencegahan
Pencegahan osteoporosis dan osteoarthritis sama-sama dimulai dari gaya hidup sehat sejak usia muda. Namun, fokusnya berbeda:

  • Untuk osteoporosis, penting memastikan asupan kalsium, vitamin D, dan olahraga beban secara rutin.
  • Untuk osteoarthritis, hindari berat badan berlebih, perhatikan postur tubuh saat duduk dan berjalan, serta lakukan aktivitas fisik yang tidak memberi tekanan berlebihan pada sendi.

8. Dampak Terhadap Kualitas Hidup
Osteoporosis cenderung membatasi aktivitas akibat risiko patah tulang, sedangkan osteoarthritis menghambat mobilitas akibat nyeri sendi. Keduanya dapat menyebabkan ketergantungan dalam beraktivitas jika tidak dikelola dengan baik. Di Indonesia, banyak lansia yang akhirnya mengalami keterbatasan gerak atau kecacatan ringan akibat terlambat mendeteksi kedua penyakit ini.

Menjaga Kesehatan Tulang dan Sendi Sejak Dini

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kunci menjaga kesehatan tulang dan sendi terletak pada pola hidup aktif dan nutrisi seimbang. Beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan antara lain:

Konsumsi kalsium dan vitamin D dari susu, ikan, dan sayuran hijau.
Lakukan olahraga ringan secara rutin seperti jalan cepat atau yoga.
Hindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
Pertahankan berat badan ideal untuk mencegah tekanan berlebih pada sendi.
Lakukan pemeriksaan tulang dan sendi secara berkala, terutama bagi wanita setelah menopause.
Dengan gaya hidup yang tepat, risiko osteoporosis dan osteoarthritis dapat ditekan secara signifikan, menjaga kualitas hidup tetap optimal hingga usia lanjut.

Parenty Popok Dewasa Heavy Flow

Seiring bertambahnya usia, sebagian orang mulai mengalami inkontinensia urin, yaitu sulit menahan buang air kecil yang sering terjadi bersamaan dengan gangguan tulang atau sendi.

Untuk menjaga kenyamanan dan kepercayaan diri, Parenty Heavy Flow hadir sebagai popok celana dewasa dengan daya serap 6 kali lebih tinggi yang mampu bertahan hingga 12 jam.
Bahan antibakteri membantu mencegah iritasi, sementara permukaan lembut dan desain elastis 360° memastikan Anda tetap bebas bergerak dan merasa segar sepanjang hari.

Dengan Parenty Heavy Flow, Anda bisa tetap aktif dan percaya diri, bahkan saat menghadapi tantangan seperti osteoporosis atau osteoarthritis.

Meskipun sama-sama menyerang sistem muskuloskeletal, osteoporosis berhubungan dengan penurunan kepadatan tulang, sedangkan osteoarthritis berkaitan dengan kerusakan tulang rawan dan peradangan sendi.

Keduanya dapat dicegah melalui pola hidup aktif, nutrisi seimbang, dan pemeriksaan rutin. Edukasi dan kesadaran sejak dini adalah kunci untuk menjaga mobilitas serta kualitas hidup di usia matang.

READ ANOTHER LATEST NEWS

Lihat semua >
Cara Mengatasi Pengapuran Tulang Pada Lansia

Pelajari penyebab, gejala, dan cara mengatasi pengapuran tulang pada lansia. Panduan lengkap mulai dari perawatan medis, fisioterapi, hingga dukungan keluarga.

2025-11-19 14:16:41
Osteoporosis: Kenali Gejala Tulang Keropos dan Cara Mencegahnya

Peringati Hari Osteoporosis Sedunia dengan menjaga kesehatan tulang. Cegah tulang rapuh dengan nutrisi, olahraga, dan gaya hidup sehat bersama Parenty.

2025-10-20 11:16:46